Sejarah Desa Wayhawang

0 komentar

Dahulu sekitar tahun 1910 datanglah 4 keluarga yang memulai membuka hutan di tanah Way Hawang, keempat keluarga ini berasal dari desa Sambat yang berpindah untuk mencari penghidupan ke tempat yang baru yaitu tanah Way Hawang. Kemudian lama-kelamaan bertambahlah keluarga yang bermukim di tanah Way Hawang ini sehingga menjadi sebuah talang. Sebelum masuk ke wilayah Propinsi Bengkulu maka Way Hawang masuk dalam wilayah Propinsi Lampung dan di Way Hawang yang saat itu masih berstatus talang merupakan perbatasan dari Propinsi Bengkulu dan Lampung, namun setelah itu ada perubahan batas wilayah propinsi sehingga Way Hawang masuk ke dalam wilayah Propinsi Bengkulu.
Seiring dengan perkembangan kemajuan zaman maka dari tahun ke tahun semakin banyak keluarga yang bermukim di tanah Way Hawang sehingga pada tahun 1983 Way Hawang di definitipkan menjadi Salah satu desa Di wilayah Kabupaten Manna Bengkulu selatan dengan Ibu Kota Kecamatan adalah Bintuhan. Dan pada tahun 2005 setelah terjadi pemekaran yaitu daerah Kaur menjadi sebuah Kabupaten maka Desa Way Hawang masuk dalam Kecamatan Maje dengan Ibukota Kabupaten Bintuhan.
Nama Way Hawang berasal dari Way artinya Air dan Hawang artinya Rawang/besar/banjir, dinamakan demikian dikarenakan sekitar tahun 1930 an terjadi banjir besar disungai yang ada di pangkal desa Way Hawang, dari situ maka ditetapkan Way Hawang menjdi nama desa dan sekaligus nama Sungai yang mengalir di pangkal desa Way Hawang. Untuk menuju desa Way Hawang dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan darat (mobil dan motor) dengan jarak tempuh waktu dari Kota Bengkulu lebih kurang 7 jam, dan jika menaiki kendaraan umum maka biaya yang dikeluarkan lebih kurang 70.000 ribu dari Kota Bengkulu. Desa Way Hawang sendiri terletak di jalur lintas Bengkulu Lampung dengan mayoritas kehidupan masyarakat hidup dengan berkebun, bersawah dan nelayan tradisional, dan industri genting dan bata namun yang menjadi mata pencaharian utama adalah petani sawah. Jumlah penduduk Desa Way Hawang sebanyak 678 jiwa dengan jumlah kk sebanyak 158 kk.
Sebelum tarjadi pemekaran desa maka desa Way Hawang cukup luas, namun setelah setelah pemekaran maka desa Way Hawang menjadi terbagi dua yaitu desa Way Hawang dan desa Suka menanti. Sistem pertanian masyarakat desa Way Hawang masih sangat sederhana yaitu menggunakan sistem tadah hujan sehingga untuk menanam padi dilakukan hanya satu tahun sekali dan tergantung dengan musim, pada tahun 2006 dahulu terjadi masa paceklik yang cukup panjang dikarenakan biasanya bulan Oktober, November, Desember, Januari adalah musim hujan namun pada tahun 2006 tidak terjadi dan musim hujan sudah masuk bulan Februari dan Maret 2007 sehingga masyarakat pada tahun 2006 tidak bisa menanam padi dan baru memulai menanam padi pada bulan Februari dan Maret 2007. Saat ini masyarakat desa Way Hawang masih berada dalam masa kesusahan dikarenakan sumber daya yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal seperti :
1. Bidang kelautan masih menggunakan sistem Nelayan tradisional
2. Pertanian Sawah masih tadah hujan dan masih menggunakan tenaga manusia baik untuk membajak dan mengolah lahan sawah tersebut.
3. Industri genting dan bata masih terkendala dengan pemasaran
4. SDM masih kurang
Share this article :
 
Kaur Semende Maje Nasal : Semende | imrodili | Surel
Copyright © 2010. KAUR SEMENDE - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger Published by Dracoola Media
Thanks To LoenBun